Baru pertama kali saya bekerja dan pilihan saya adalah sebagai sales. Belum banyak suka dan duka yang saya alami, karena baru beberapa bulan bergabung dengan perusahaan InfraDigital Nusantara (IDN) ini. Saya bertugas menjadi Regional School Associate di daerah Lampung. Saya lahir di Lampung, walaupun secara suku tidak ada darah Lampung. Makan nasi lampung dan sampai sekarangpun masih tinggal di Lampung. Namun, kenyataan saya sebagai orang Lampung tidak berarti bahwa saya mengerti tentang kondisi Lampung saat ini, khususnya di bidang infrastruktur pendidikan.
Saat itu saya dan rekan saya pergi ke sebuah sekolah untuk akuisisi. Tujuan kami saat itu adalah daerah Tulang Bawang. Perjalanan ke sana mudah, karena sudah ada jalan tol di Sumatera, jadi kami bisa dengan mudah sampai. Tapi ternyata beberapa sekolah ada yang letaknya di ujung sekali, yaitu daerah Dente Teladas. Saya memang pernah mendengar ada sebuah daerah yang hanya bisa dimasuki lewat jalan pabrik atau lebih tepatnya kebun gula. Tapi saya anggap biasa saja karena ya apa serunya, hanya lewat kebun gula saja kok. Namun, saat saya melewatinya sendiri, ternyata sangat berbeda jalannya, jarak antar pintu masuk dan keluar kebun sekitar 70 KM, dengan jalan tanah seperti ini sangat sulit untuk dilewati apalagi jalan tidak begitu mulus. Tapi ya itu tidak masalah karena masih biasa bagi saya. Itulah yang saya pikirkan saat siang hari.
Sore hari saat kami ingin keluar dari daerah tersebut untuk sampai ke penginapan, rasanya sangat berbeda, sudah saya perkirakan kami akan sampai di penginapan kemungkinan sekitar jam 7 malam. Saat kami di jalan ternyata ban kami pecah, keadaan yang biasa dialami jika perjalanan panjang. Lalu kami memutuskan untuk mencari tambal ban. Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya selesai juga penggantian ban mobil kami.
Setelah itu baru saya sadar hari sudah sore dan kita masih harus melewati kebun gula. Saat masuk kebun, kondisinya sudah gelap saya hanya bisa mengandalkan penerangan dari lampu mobil saja, mana suasananya sepi sekali hanya ada beberapa truk besar yang lewat. Suatu ketika karena mata saya yang tidak terlalu handal dan memiliki cacat dalam melihat objek yang jauh, kami-pun terperosok ke sebuah parit kecil. Sebenarnya itu bukan parit sih, namun lebih ke jalan yang berlubang-lubang tapi lubang satu ini sangat dalam. Singkat cerita kami akhirnya sampai di penginapan. Saya sudah tidak melihat pukul berapa saat itu, setelah mandi dan beribadah saya memutuskan untuk beristirahat.
Sebenarnya ceritanya masih panjang, tapi karena sepertinya tulisan saya sudah cukup jadi saya sudahi dulu deh. Namun, ceritanya kok banyak dukanya ya, yaudah saya ceritain sukanya deh. Sukanya itu melihat banyak sekolah yang masih tinggal dalam kesulitan baik itu jalan, listrik, internet dll, tapi tidak mematahkan semangat mereka untuk maju dan berjuang demi pendidikan di Indonesia. Saya sangat terkejut sekali ada beberapa kepala sekolah atau ketua yayasan yang punya semangat untuk memajukan pendidikan walaupun infrastrukturnya masih apa adanya. Saya menyadari bahwa yang membatasi diri kita untuk maju bukanlah alat dan bahan yang bisa kita gunakan tapi diri kita sendiri.
Saya menyadari bahwa yang membatasi diri kita untuk maju bukanlah alat dan bahan yang bisa kita gunakan tapi diri kita sendiri.
By : Azhari