Cerita ini datang dari sekolah dasar swasta di Kampung Tengah Cipeucang, kecamatan Cileungsi, kabupaten Bogor. Sebuah Yayasan pendidikan di Cileungsi mengubah “wajah”nya sejak bulan oktober tahun lalu tepat setelah bergabung dengan Jaringan IDN. Tentu, sempat ada hambatan dan keraguan, terlebih lagi mereka bergabung di tengah tahun ajaran yang telah berlangsung. Namun hal ini tidak mengurangi asa dari Bapak Naryanto, Pengurus Yayasan Fatahillah Cileungsi sekaligus sosok yang memimpin proses digitalisasi semua sekolah Yayasan Fatahillah Cileungsi. Digitalisasi di sekolah-sekolah ini dimulai dari unit satuan pendidikan dasar, yaitu SDIT Fatahillah Cileungsi.

Hal yang berbeda dan sangat dirasakan oleh Bapak Naryanto dan Tim, yaitu data yang menjadi rapi serta menurunnya tunggakan. “Sebelumnya, untuk mengetahui data tunggakan, meliputi : data siswa, jenis tunggakan, besarnya tunggakan, dll, memerlukan beberapa hari karena harus merekap data secara manual. Sekarang dengan digitalisasi ini dengan hanya 2 menit, klik dan langsung muncul data yang kita inginkan. Belum lagi saat ini tunggakan hampir tidak ada dan sebagian besar bayar tepat waktu untuk unit SD kami”, terang Bapak Naryanto.

Dalam proses digitalisasi, Bapak Naryanto bercerita, “Tahun lalu pas saya nerapin ini ke SDIT Fatahillah, saya langsung minta SD nerapin ini 100% online, Tata Usaha (TU) nya juga waktu itu suportif. Motor penggeraknya saya sendiri dan didukung oleh TU. Memang ini juga jadi pilot project kita di SD, kita tidak ragu dan langsung nerapin 100% online, kita kejar data migrasi itu dalam beberapa pekan langsung kita selesaikan.” Bercerita tentang sulitnya mengumpulkan dan melengkapi data, “Kami bergabungnya di tengah-tengah tahun ajaran, sehingga kita perlu merapihkan data dulu dari tahun-tahun sebelumnya sebelum dimasukan dalam sistem digital, terutama data tunggakan karena ada siswa yang nunggak bertahun tahun sejak ada di kelas sebelumnya sehingga kadang bikin kita bingung apakah datanya benar atau tidak. Makanya saat pengumpulan data jadi lama. Bahkan, untuk unit SMP, sampai target yang ditentukan, data tunggakan belum selesai dan akhirnya kita hanya memasukan data data yang sudah pasti terlebih dahulu sedangkan data yang belum selesai dibuat menyusul sambil berjalan. Pembayaran online SMP dan SMK sampe saat ini juga masih belum bisa 100% dan kami masih memberikan opsi bayar tunai di sekolah”.

Mendadak Pandemik Covid-19

Setelah berjalan beberapa bulan, tepat nya di bulan maret lalu, waktu itu tanggal 13 Maret hari minggu mendadak pemerintah umumkan bahwa sekolah harus tutup dan seninnya sudah harus diliburkan. Sehari sebelumnya, tim pengurus Yayasan Fatahillah Cileungsi mengadakan rapat mendadak karena kita sudah mengira kebijakan ini sebagaimana Bapak gubernur Ridwan Kamil sudah mempertimbangkan itu sebelumnya. Segera kita langsung membuat surat dan disebar melalui grup whatsapp masing-masing kelas dibantu oleh wali kelas masing- masing.

Pihak yayasan segera meliburkan sekolah dan menerapkan sistem belajar dari rumah. Mereka fokus menyiapkan sistem pembelajaran jarak jauh dan inovasi di masa belajar dari rumah, juga diadakan pertemuan rutin online untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan belajar dari rumah. Saat itu Yayasan Fatahillah belum memikirkan terkait dampak ditutupnya sekolah dan belajar dari rumah terhadap keuangan dan operasional Yayasan dan lembaga pendidikan unit masing-masing.

Setelah jalan setidaknya dua bulan, mulai terasa dampaknya terhadap keuangan dan operasional sekolah. Tunggakan secara tiba-tiba melonjak mencapai 60% untuk SMP dan SMK, namun uniknya di tingkat SD seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), unit pendidikan SMK baru terisi setengah kuotanya dan SMP yang biasanya sudah penuh namun masih ada kuota. Tentunya tidak terjadi lagi ke tingkat SD yang memang PPDB nya selalu penuh hanya dalam hitungan jam, belum lagi digitalisasi ini membuat SDIT Fatahillah makin popular.

Bapak Naryanto menyatakan :

“di SD digitalisasi sudah jalan 100% secara organik jadi pas ada pandemik udah jalan saja, mereka sudah biasa bayar online. Kalau sudah waktunya bayar ya sudah jalan. Jadi kita ga perlu melakukan apa-apa dan ini kami sadar pentingnya digitalisasi sejak dini. Untuk SMP dan SMK cukup terbantu dengan digitalisasi ini walau tunggakan melonjak tapi ada beberapa persen siswa yang telah melunasi sumbangan pendidikan melalui Jaringan IDN. Jadi kami sangat terbantu dengan digitalisasi ini”.

Tunggakan di SMP dan SMK mencapai lebih dari 50%, ini karena masih tunai ke kasir dan pengurus Yayasan Fatahillah masih menunggu sampai dengan pembagian raport. Jika diperlukan pengurus sekolah berencana melakukan terobosan misalnya dengan melakukan penjemputan pembayaran ke rumah siswa.

Yayasan Fatahillah sampai saat ini tidak mengambil kebijakan apapun terkait pembayaran SPP. SPP tetap dibayar penuh sebagaimana yayasan juga tetap membayar penuh seluruh pegawai. Selain itu, hak hak legal siswa tetap ditunaikan dengan baik seperti pembelajaran, penilaian, raport, ijazah, dll sehingga tidak ada alasan untuk mengurangi gaji guru dan men- gurangi pembayaran SPP. Sedangkan untuk iuran kegiatan yang dibatalkan, uang dikembalikan secara penuh. Ada yang protes kenapa sekolah tutup tetap ada bayaran, diberikan pengertian seperti itu. Bagi orang tua yang memang membutuhkan dan mengajukan keberatan, akan diberikan penangguhan pembayaran.

Digitalisasi menjadi kunci bertahan di Masa Pandemik

Bapak Naryanto menekankan bahwa kunci bertahan dari Covid-19 adalah migrasi offline ke online itu sudah selesai sebelum masa pandemik. Ini terbukti di SDIT Fatahillah Cileungsi. Ucapan terimakasih dan syukur oleh Yayasan Fatahillah karena telah bergabung di Jaringan IDN, jadi semua sudah siap. Digitalisasi SDIT Fatahillah sudah berjalan secara lancar, pembayaran tepat waktu, kegiatan belajar juga online, jadi sudah online semuanya.

Memang Yayasan Fatahillah masih mengusahakan digitalisasi ini di SMP dan SMK. Sebagai pesan penutup Bapak Naryanto menyatakan:

“saat ini memang sulit kalau baru mulai digitalisasi, tapi tidak ada kata terlambat. Mulai dari komitmen yang tinggi, minta bantuan sama tim Jaringan IDN, lengkapi data dengan cepat dan sosialisasi online untuk diterapkan langsung 100%. Ini terbukti bisa sukses di SD kami, untuk SMP dan SMK alhamdulillah ada juga 20-40% yang bayar online dan ini bantu banget pemasukan kami ketika penerapan membayar tunai di sekolah mengalami lonjakan tunggakan yang besar”.

Jaringan IDN
#MudahBayarMudahKelola
#SPPOnline