Pada tanggal 20 Agustus 2019, IDN berkesempatan memenuhi acara Dialog Interaktif bersama Dinas Pendidikan di Kota Malang, live pada pukul 8.00 di Radio RRI. Dialog ini dihadiri oleh Perwakilan Dinas Pendidikan sebagai Narasumber utama, yakni Ibu Siti Ratnawati, Kabid Pendidikan Dasar Kota Malang dan Ian McKenna sebagai CO-Founder dan CEO InfraDigital Nusantara.
Diskusi pagi ini mengangkat tema “Urgensi Perubahan Behavior Institusi dalam Menghadapi Digitalisasi di Dunia Pendidikan”. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa implementasi pendidikan menjadi tanggung jawab bersama di antara pemangku kepentingan seperti halnya pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, guru, kalangan dunia usaha, masyarakat/ orangtua murid sebagaimana bidang dan peran masing-masing. Oleh karena itu, evolusi institusi dalam proses migrasi ke arah digitalisasi ini sangat diperlukan adanya untuk turut mendukung gerakan digitalisasi 4.0 yang diusung oleh pemerintah.
Dibuka langsung oleh Ibu Esti Sulistya, moderator dari RRI Malang dengan menyampaikan harapan beliau agar ke depan nanti, untuk pendidikan, terlebih dalam masalah keuangan dapat lebih lancar dan juga kekinian, sehingga pendidikan tidak ketinggalan jaman dan dapat mencetak generasi-generasi unggul untuk masa depan bangsa Indonesia. Ketika ditanyakan mengenai gambaran perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, Ian McKenna berkata, “saya sempat kaget ketika sampai di Indonesia. Saya asli Irlandia, Irlandia terkenal untuk kualitas pendidikannya. Dan saya biasa di bidang teknologi, keahlian saya juga di dunia perbankan dan pembayaran. Tapi ada hal yang terjadi di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, yang dikenal dengan mobile first, jadi kalau di Eropa orang belajar mulai dari laptop dan desktop lalu ke mobile, tapi kalau di Indonesia itu langsung di plot di mobile, kita bisa lihat dari penggunaan Grab, Gojek dan Ruang Guru. Jadi untuk sistem digitalisasi jauh lebih maju disini daripada di Eropa. Kita sebenarnya harus banyak belajar dari Indonesia. Jadi saya senang sekali disini, sudah sekitar 10 tahun, saya terus melihat langkah-langkah dan inovasi yang terjadi di sini, terkait kecanggihan teknologi dan revolusi industri 4.0”.
Selanjutnya tanggapan dari Ibu Ratna terkait digitalisasi dalam dunia pendidikan, beliau menyampaikan, “Kalau di Dinas Pendidikan (disdik) yang ditangani mulai PAUD, SD sampai SMP, untuk pembelajaran IT, kami sebenarnya sudah menyarankan sesuai dengan landasan hukum Permendiknas 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru, juga Permendikbud No.22 tahun 2016 tentang standar proses pembelajaran. Disitu, khususnya siswa sudah diajari IT, jadi kita juga mewajibkan mata pelajaran untuk diajarkan, sedang untuk sistem-sistem digital, disdik sudah berjalan lama sekali, misalnya digital untuk kantin, walaupun hanya beberapa menu bisa dilihat di katalog memakai digital. Jadi misal anak-anak ingin pesan makanan untuk sehari sebelumnya, besok sudah ada. Terdapat juga digital untuk perpustakaan, dimana semua judul buku tersedia di katalog. Juga untuk pembayaran-pembayaran. Kebetulan kami sekolah gratis, jadi kami memang tidak ada orang tua yang membayar kepada kami, sampai untuk ekskul pun ada yang membiayai dari sekolah. Namun ada permendikbud No. 75, itu tentang komite sekolah, jika ada apa-apa misal komite memiliki keinginan untuk keperluan anak-anaknya, maka boleh (dipungut biaya). Untuk anggaran dana, itu ada bosnas (BOS Pusat) dan bosda (BOS Daerah). Untuk sistem pembukuan yang mengurusi memang langsung BPK AD, jadi kami tidak memegang langsung, misal seperti gaji maupun honor dan lain-lain. Serta semuanya sudah memiliki aplikasinya masing-masing. Jadi tiap bulan untuk format-formatnya sudah ada.”
Lebih dalam lagi, Ian menjelaskan, “Tujuan digitalisasi keuangan di lembaga pendidikan atau cashless yakni agar keuangan di sekolah lebih lancar, setiap institusi punya ciri khas masing-masing. Seperti ponpes, kampung inggris, dan mahasiswa yang datang dari kampung halaman, mereka masih banyak yang membawa uang cash, jadi itu berbahaya baik bagi siswanya ataupun bagi lembaga, jadi kami bagaimana agar dapat membantu orangtua lebih mudah dalam melakukan pembayaran. Oleh karena itu kami menawarkan kemudahan, seperti membayar lewat bank atau jika memang masih ada ortu yang belum terbiasa dengan bank bisa melalui retail Indomaret dan Alfamart terdekat.”
Dialog berlangsung dengan lancar dan makin hidup ketika pendengar juga turut memberikan saran beserta pertanyaan mengenai aplikasi di bidang pendidikan agar lebih dapat memudahkan baik dalam proses pembelajaran maupun pembayarannya, seperti halnya dari pendengar berikut yang mengirimkan pesannya via whatsapp
Ibu Asri,
Sebetulnya memudahkan orang tua juga, kalau misalnya pembayaran administrasi seperti buku atau seragam sekolah bisa bayar pakai aplikasi, karena biasanya anak-anak kan juga suka nakal, bayar bukunya Rp. 10.000 mintanya Rp. 50.000.
Sesuai dengan tujuan dari didirikannya IDN, yakni membuka gerbang ekosistem pembayaran digital yang berimbas pada mudahnya akses layanan finansial bagi pendidikan dengan disesuaikan oleh kebutuhan sekolah, maka hal ini juga turut menjawab dari beberapa saran dan pendapat yang dirasakan oleh pendengar setia RRI yang juga merupakan orangtua murid atau bahkan yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
Diharapkan dengan adanya acara Dialog Interaktif ini, dapat membangun silaturahmi yang kuat antara IDN dengan seluruh pemangku kepentingan di lembaga pendidikan khususnya, Dinas Pendidikan Kota Malang untuk bersama-sama mewujudkan pendidikan yang lebih maju, unggul dan kekinian. Pesan terakhir dari Ibu Ratna sebelum ditutupnya Dialog hari ini yaitu, “agar untuk masalah keuangan, semua tertata rapi, ketika dibutuhkan data tersebut bisa dilihat secara langsung, siapa yang sudah bayar dan belum, sehingga akan memudahkan.”
.#JaringanIDN
.#BayarSPPOnline
.#BayarKuliahOnline