Ibnu Batutah salah satu filsuf kenamaan berkata seperti ini, “travelling it leaves you speechless, the turn you into a storyteller”. Kalau kita terjemahkan secara sederhananya, mungkin quotes ini bermakna perjalanan pertama ini bikin kita kehabisan kata-kata, namun siapa sangka perjalanan setelahnya malah bikin kita jadi seorang pencerita. Setidaknya quote tersebut merepresentasikan makna perasaan yang aku alami selama melakukan perjalanan ke sekolah untuk mengemban amanah di mana tempat ku bekerja saat ini, InfraDigital Nusantara (IDN), yang tadinya belum bisa berkata-kata, sampai sekarang bisa menceritakan perjalanan ini.
Hampir satu tahun aku menekuni dunia sales dan marketing di IDN atau yang biasa disebut Regional School Associate atau disingkat RSA. Profesi ini baru bagiku karena baru pertama kali melakukannya dan praktik langsung ke lapangan. Profesi ini mungkin cukup dipandang sebelah mata oleh segelintir orang, namun jangan salah, setiap perusahaan pasti membutuhkan pemasaran agar produknya dapat menjangkau masyarakat, dibeli bahkan sampai dirasakan manfaatnya. Masyarakat di sini maksudnya lembaga pendidikan/sekolah. Oleh karena itu, profesi ini menjadi garda terdepan dan merupakan wajah dari perusahaan itu sendiri. Maka salah satu tugas utama seorang RSA yaitu berkunjung ke sekolah-sekolah untuk menjalin kerjasama satu sama lain.
Saat berkunjung ke sekolah, banyak sekali pengalaman yang dirasakan. Entah itu suka maupun duka. Tapi itu cukup menjadi lembaran kenangan yang berkesan. Aku yakin teman-teman yang lain pun turut merasakannya.
Pengalaman pertama datang saat aku melakukan canvassing di daerah Bekasi menggunakan sepeda motor berkeliling layaknya seperti surveyor. Dengan berbekal maping GPS, aku bisa mengunjungi 9 sekolah dalam sehari. Menyusuri wilayah perkotaan sampai ke pelosok kota, karena saat itu baru pertama kali jalan, aku jadi pengamat dulu. Memperhatikan partnerku berkomunikasi dengan sekolah, gelagat saat ia berbicara, dan bagaimana cara merespon setiap pertanyaan sekolah yang beraneka ragam. Ternyata disini kita harus benar-benar peka dengan segala kondisi sekolah yang sedang dikunjungi. Mengingat setiap langkah tersebut, ada aturan mainnya. Lama-kelamaan, akhirnya aku jadi tahu bagaimana cara memulai komunikasi sampai menjelaskan produk perusahaan agar bisa dimengerti oleh pihak sekolah. Hal ini perlu pembiasaan aja. Suatu keterampilan bisa kita kuasai, ya karena kita sudah terbiasa melakukan hal tersebut. Kecakapan kita dalam berkomunikasi menjadi modal yang sangat penting untuk seorang sales atau marketing. Hasil yang baik dirasakan, saat aku mampu mempresentasikan seorang diri dengan penuh percaya diri dihadapan para pimpinan sekolah atau yayasan.
Setiap sekolah yang aku kunjungi, ada macam-macam respon yang didapatkan. Dari yang antusias sekali, sampai yang tidak tertarik pun aku alami. Baik ketika bertemu dengan satpam, sampai bertemu dengan pimpinan sekolahnya. Saat berhadapan dengan satpam, disini menjadi langkah awal dari setiap kunjungan. Tipikal satpam bergantung dengan tipe sekolah. Untuk sekolah yang dikategorikan sekolah besar biasanya satpam cenderung kaku dan ketat. Jangan harap kita bisa langsung bisa menemui pihak pimpinan sekolah. Harus mengikuti birokrasi yang lumayan repot. Jadi biasanya kita disuruh langsung meninggalkan kontak dan dokumen penawaran kerjasama. Syukur-syukur kalau kita dapat kontak sekolah untuk bisa di follow up. Tapi kalau bahasanya, nanti akan dihubungi jika akan ditindaklanjuti, sungguh itu merupakan suatu ketidakpastian yang harus aku terima. Bahkan lebih parahnya, aku pernah langsung ditolak oleh satpam yang bilang, kalau sekolah yang bersangkutan tidak menerima sales luar. Ya namanya juga seorang sales, harus sudah siap dengan penolakan. Lain halnya dengan sekolah yang dikategorikan kecil. Biasanya ketika berhadapan dengan satpam, kita langsung dipersilakan untuk menemui pimpinan sekolah yang kita tuju. Tipikal sekolah ini, tidak memiliki birokrasi yang begitu ketat. Nah inilah salah satu momen yang berkesan saat aku bisa bertemu dengan pihak sekolah.
Saat sudah bertemu dengan pimpinan sekolah ini pun bermacam-macam juga responnya. Sekolah yang antusias biasanya meminta klarifikasi dari presentasi yang aku sampaikan. Yang bersangkutan ingin lebih tahu produk yang aku jelaskan secara rinci. Pandangan mata yang fokus tertuju pada pembicara. Serta mimik wajah yang bersahabat. Biasanya hal yang seperti ini menandakan ada sinyal baik bahwa sekolah akan bergabung dengan kita.
Lain halnya dengan pihak sekolah yang kurang antusias dengan sajian presentasi. Biasanya mereka memberikan respons yang berulang-ulang. Kemungkinan besar, mereka tidak menyimak betul perkataan kita dan hanya merespons ala kadarnya saja. Kemudian, ada juga pihak sekolah yang sering memotong pembicaraan saat aku presentasi. Nah, kadang aku dilema untuk memaknai maksud tersebut. Bisa jadi memotong pembicaraan disini bermaksud untuk mendapatkan jawaban yang lebih detail, atau juga bermaksud untuk mengulas materi yang sebelum-sebelumnya yang tidak ada kaitannya dengan bahasan terakhir yang disampaikan. Tapi kemungkinan besar ini menunjukan suatu respon yang kurang sesuai dengan harapan, karena biasanya di awal, aku selalu berpesan bahwa sesi tanya jawab dilakukan setelah sesi presentasi selesai. Selain itu, respon dengan posisi tubuh yang tidak fokus menghadap saat aku presentasi menjadi penanda kalau pembicaraanku kurang menarik. Mereka juga akan cenderung menunduk, asyik mengecek ponsel gawainya, bahkan mengamati orang yang lalu lalang di sekitar ruangan.
Kadang aku berpikir, sebenarnya letak kesalahanku dimana. Bagaimana respon tersebut bisa terjadi. Ada beberapa hal yang aku sadari, tapi ada juga yang tidak aku sadari. Nah disinilah peran partner jalan itu penting, karena sosok inilah yang memperkuat masukan dari setiap performa yang kita tampilkan saat berkomunikasi dan berinteraksi dengan sekolah. Dengan penyampaian masukan yang baik dan membangun, aku jadi sadar bahwa setiap respon dari setiap sekolah itu berbanding lurus dengan apa yang aku sampaikan. Semakin respon baik maka semakin baik pula penyampaian kita. Itu artinya aku mampu menyampaikan pesan dengan baik dan sejalan dengan kebutuhan sekolah. Saat-saat intropeksi dirilah, yang tidak akan aku lewatkan sampai kapanpun. Walau bagaimanapun, ini merupakan proses pembelajaran yang terus berlanjut.
Pengalaman lainnya yang aku dapatkan dan tidak kalah pentingnya yaitu ketika ada sekolah yang langsung tertarik pada hari itu juga dan meminta MoU kerjasama di tempat, dengan harapan segera diimplementasikan sistemnya di sekolah. Itu adalah momen yang begitu berharga dan berkesan bagi aku. Ada kepuasan luar biasa yang aku rasakan. Aku mampu menarik customer untuk menggunakan produk perusahaanku. Setidaknya setiap usaha yang dikeluarkan itu dapat menghasilkan. Walau terkadang, lebih banyak usahanya dibandingkan dengan yang dihasilkan. Kepuasan ini biasanya akan semakin menambah energi positif untuk aku dalam menjalankan misi kunjungan selanjutnya.
Bagiku di setiap kunjungan ke sekolah ini mengisyaratkan ada banyak hal baru yang dapat menambah pengetahuan kita terkait suatu permasalahan yang ada di lembaga pendidikan. Disadari atau tidak, ketika perusahaan yang berfokus pada bidang ini terjun langsung ke tujuan pasarnya, maka akan terbuka jelas dengan sendirinya, apakah produk yang telah dirancang ini memberikan kebermanfaatan atau tidak, menjawab kebutuhan sekolah atau tidak, atau bahkan sistem yang sudah disediakan ini masih relevan atau tidak bagi sekolah. Kita tidak akan pernah tahu, kalau tidak berhubungan langsung dengan target pasarnya. Satu lagi, mempertahankan mood untuk selalu dalam kondisi baik, senyum bersahaja dari setiap respons apapun yang diterima dari sekolah harus selalu ditegakkan oleh setiap sales IDN.
Satu lagi, mempertahankan mood untuk selalu dalam kondisi baik, senyum bersahaja dari setiap respons apapun yang diterima dari sekolah harus selalu ditegakkan oleh setiap sales IDN
By : Ludi