19 Februari 2020, aku resmi pindah penempatan kerja ke Lampung. Sejak pertama kali bekerja Juli 2019 kemarin, aku fokus di area Jabodetabek. Proyek baru di Lampung ini yang akhirnya mengantarkanku harus pindah dari Jawa. Ini adalah perantauan luar pulau ku pertama kali. Terus terang saja senang, karena akan menambah cerita dalam karir. Namun berbeda dengan apa yang keluargaku rasakan. Saat akan pindah ke Lampung ini, aku memang sama sekali tidak menceritakan kepada keluarga, karena merasa hal ini adalah lumrah dalam bekerja. Kekhawatiran keluarga tentang budaya luar Jawa, keamanan di sana belum tentu terjamin dan lain sebagainya.
Meyakinkan keluarga untuk melepaskan anak perempuannya untuk melancong merupakan hal yang sudah berkali-kali ku lakukan. Dari merantau sewaktu SMA, merantau lebih jauh ke Bogor sewaktu kuliah, hingga saat sudah bekerja ini ke luar Jawa. Membuat orangtua percaya dengan keputusan yang kita ambil itu perlu dan jangan lupa pula yakinkan orangtua bahwa hal yang kita putuskan akan menambah cerita dalam hidup kita, cieeee.
Cerita dimulai dari Bandar Lampung. Pada tanggal yang sama kami mulai perjalanan ke Lampung Timur, membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk mencapai lokasi. Selama di perjalanan kami takjub dengan apa yang kami lihat, kanan kiri jalan yang kami lewati berisi ladang dan perkebunan, bahkan minoritas kami melihat keramaian disini. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang biasa kita lihat di Jabodetabek. Yang terbesit di pikiran saat itu adalah, apa bisa hidup disini? Apa memungkinkan ada client disini? Apa tidak bahaya jika keliling bertemu client dengan kondisi lingkungan seperti ini? Namun ini adalah trip pertama kami, jadi kami belum berani mengambil kesimpulan. Sorenya kami lanjut perjalanan ke area Way Kanan dari Lampung Timur. Butuh waktu 4 jam untuk sampai lokasi, dan benar saja lokasi disini memang sepi dan masih banyak lahan perkebunan dan ladang kosong lainnya.
Hati semakin ciut dan semakin ingin segera pulang. Namun perjuangan baru dimulai, mencoba berdamai dengan hati dan ego sehingga apa yang terjadi harus bisa dikompromi. Setelah hampir satu bulan, sudah mulai terbiasa dan ternyata orang-orang Lampung masih mayoritas dari pulau Jawa sehingga jauh lebih memudahkan dalam berkomunikasi.
Hampir satu bulan aku keliling ke seluruh pelosok pulau Lampung, keren bukan. Benar-benar apa yang diinginkan sejak awal tercapai, bisa kemana-mana untuk trip pekerjaan. Walaupun belum main sama sekali, tapi sudah sangat menikmati tinggal disini. Banyak bertemu dengan client dengan karakter yang berbeda dan capaian terbesar adalah ternyata aku bisa juga jadi pembicara. Hal yang belum pernah diasah sama sekali, karena selama bekerja hanya membiasakan pitching. Menambah skill dalam berbicara di depan orang banyak ku peroleh dari sini. Dalam waktu singkat ternyata sudah banyak hal yang ku lalui di Lampung ini. Terimakasih Lampung !!
Namun perjuangan baru dimulai, mencoba berdamai dengan hati dan ego sehingga apa yang terjadi harus bisa dikompromi
By : Oky Tresia