Kurang lebih 1 tahun aku bekerja di InfraDigital Nusantara (IDN), pas banget di awal puasa tahun 2019 kemarin hari pertamaku bekerja. Kurang lebih selama itu pula aku menjalankan training langsung di kantor Depok, karena setelah lebaran aku sudah harus stay di Malang, Jawa Timur, penempatan yang ku pilih ketika interview.

Kalau harus menceritakan ulang mengenai suka dan duka ketika kunjungan ke sekolah, tentunya banyak sekali, pun itu secara umum sudah bisa ditebak oleh kita sebagai Regional School Associate (RSA) di Divisi Partnership IDN atau gampangnya sales. Ya, dukanya biasanya ketika kita harus dapat tersenyum simpul di depan pihak sekolah walaupun suasana hati kita sedang tidak mendukung, atau penolakan pihak sekolah tehadap kita, bahkan sebelum kita sempat memperkenalkan diri. Sukanya adalah ketika kita berhasil memenangkan hati pihak sekolah dan bersedia bergabung bersama Jaringan IDN. Dua kebahagiaan yang biasanya akan kita rasakan saat itu, pertama, “yeay, kita akhirnya bisa close sekolah nih, bulan ini,” kedua, “Alhamdulillah, semoga dengan bergabungnya sekolah bla bla bla, bisa membantu mereka dalam administrasi keuangannya dan semoga bisa bantu mengurangi tunggakan yang terjadi di sekolah”.

Cerita di atas hanya sekedar pembuka saja ya. Setelah sedikit flashback sampai beberapa bulan lalu, akhirnya aku memilih kunjungan ke sekolah yang satu ini, karena ketika itu, aku merasakan suka dan duka sekaligus, paling berkesan-lah pokoknya.

Hari itu Kamis, 23 Januari 2020, aku dan partnerku ada jadwal presentasi di sebuah Pondok Pesantren (ponpes) di Sumenep, Jawa Timur. Sebelumnya kami sudah pernah melakukan business trip ke satu lembaga pendidikan di Pamekasan, dan berdasar perkiraan kami, setelah diskusi panjang lebar, kami memutuskan untuk berangkat dini hari sekitar jam 01.00 dari Malang, karena kami harus presentasi di jam 9.00 pagi. Berdasar google maps sih, jaraknya kurang lebih 230 km melewati rute tol Malang – Surabaya, dan kira-kira kami akan sampai di tujuan tepat waktu setelah istirahat sebentar, sholat subuh sekaligus mandi pagi dan touch up agar rapi dan segar kembali.

Nyatanya kami baru sampai di ponpes sekitar jam 10.00 pagi, dikarenakan sepanjang jalan utama dari Bangkalan, lepas dari Suramadu sampai ke Sumenep, hujan terus menemani perjalanan kami. Untungnya pihak ponpes tidak masalah dengan hal tersebut dan kami pun melangsungkan presentasi. Jangan ditanya bagaimana keadaan dan perasaan kami saat itu. Meskipun kami sempat mandi dan segar kembali di pagi hari, tapi kantuk ini terus menyerang, serta tiba-tiba aku menjadi kagok sendiri setelah tahu bahwa yang akan menghadiri presentasi ada 3 perwakilan lembaga plus dengan pengurus yayasan ponpes alias Pak Kyai-nya. Artinya, ada sekitar 10 orang yang akan mengikuti presentasi kami hari itu. Entah deh, dengan partnerku ini, karena dia menawarkan diri untuk presentasi setelah melihat yang hadir mayoritas bapak-bapak semua. untuk wilayah timur, agak sungkan rasanya apabila aku yang harus membawakan presentasi, apalagi ini adalah ponpes.

Ku lihat sekilas ke partnerku, rasanya ngga tega, sudah bangun yang lebih awal untuk menjemput mobil rentalan, nyetir sepanjang perjalanan, nahan kantuk, harus presentasi pula. Sedang aku saja yang hanya sekedar duduk dan sempat tertidur sebentar, masih merasa oleng dan jet lag, mungkin karena kami juga belum sempat sarapan kala itu. Kurang lebih  30 menit, presentasi selesai dan aku mulai beraksi dengan membantunya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang datang dari lembaga dan pengurus yayasan. Kira-kira tepat pukul 13.45 siang, setelah berdiskusi panjang lebar, terutama terkait dengan pembagian pos dana masuk serta tagihan-tagihan yang sempat tertunda, pengurus yayasan serta 3 lembaga yang hadir menyetujui untuk bergabung bersama Jaringan IDN, tidak hanya untuk pembayaran online saja, namun juga dengan PPDB sekaligus. Alhamdulillah, rasanya lega sekali, rasa oleng dan lapar yang sempat menyerangpun sirna. Bahagia sekali rasanya, karena ini menjadi bukti bahwa ponpes tersebut telah percaya pada IDN untuk membantu memperbaiki administrasi keuangan mereka. Setelah itu, kami makan siang dengan suguhan dari ponpes dan sholat dzuhur. Kami mengurus SPK dan Form A1 saat itu juga, meskipun ada beberapa yang masih kurang. Tak apalah, yang penting SPK sudah tertandatangani semua, karena kami harus mengejar waktu ke Malang untuk mengembalikan rental mobil sebelum jam 23.00 Malam.

Kira-kira jam 16.00 kami keluar dari ponpes tersebut. Di tengah perjalanan pulang, kami banyak berhenti untuk istirahat. Karena sepanjang hari itu, kami terlalu memforsir diri. Rasanya kami los dari bangun tidur – berangkat - sholat subuh – presentasi, diskusi dan sepakat – sholat dzuhur – makan siang – mengurus SPK dan Form A1 diksusi lagi sebentar dengan ponpes – dan pulang. Kami belum sempat istirahat sekedar meregangkan badan, bahkan sarapan pun kami lewati. Sampai sekitar jam 19.00 kami belum keluar dari pulau Madura, jalanan yang hanya satu jalur dan gelap ini membuat laju mobil tidak secepat ketika berangkat. Hal yang lumrah di desa, motor-motor  tidak menyalakan atau bahkan memiliki lampu belakang.

Rasanya jam cepat berlalu dan akhirnya kami sampai di Surabaya sekitar pukul 22.00. Kami sempatkan makan malam terlebih dahulu, karena kami berpikir, tidak akan bisa kejar waktu di Malang sampai jam 23.00, apalagi setelah si bapak pemilik rental bilang tidak bisa menunggu kami datang. Inget banget, waktu itu kami memilih sate ayam ponorogo sebagai makan malam agar membuat kami semangat kembali dan tidak masuk angin. Pernah dengar sih, katanya sate dijual di malam hari, karena terdapat bawangnya yang akan membuat pembeli merasa hangat kembali dan tidak masuk angin. Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan dengan tenang dan damai, karena sudah merasa kenyang. Dan kami juga tidak perlu mengejar waktu lagi, tinggal bagaimana nanti mengurus pengajuan ke kantor mengenai biaya business trip pergi-pulang kali ini.

Sepanjang perjalanan aku memang mencoba untuk menahan kantuk, menemani partnerku ini bawa mobil, alih-alih setia kawan, sebenarnya aku hanya takut saja dia ngantuk di tengah jalan. Beberapa kali ku lihat dia mengedipkan mata, pertanda kantuk mulai menyerang dan akhirnya ku sarankan untuk istirahat kembali di pinggir jalan. Sudah mau sampai sih, perbatasan Pasuruan dan Malang-lah kira-kira, tapi demi keamanan dan keselamatan bersama, aku pilih istirahat saja. Ngga lama, aku bangun karena kaget, partnerku ngigau, teriak-teriak kecil, khawatir kesurupan, aku bangunkan dia. Sumpah! kaget setengah mati. Ku pikir kami di gerebek Pak RT dan warga karena kami markir mobil di pinggir jalan tengah malem, atau mungkin ada begal yang menghampiri kami. Alhamdulillah-nya, ternyata bukan.

Setelah sadar, dia cerita kalau dia lagi mimpi nyetir mobil dalam keadaan tidur. Lihat mukanya, aku ingin ketawa ngakak, tapi kasihan. Hahaha. Dia bilang, karena kelamaan tangannya di setir mobil, sampai-sampai terbawa ke alam mimpi. Yasudah, karena sudah merasa cukup istirahatnya, kami lanjutkan perjalanan lagi dan sampai di Malang sekitar jam 01.30 dini hari dengan membawa kabar gembira untuk IDN serta pengalaman yang berharga untuk diri ini. Jangan terlalu memforsir diri dan tetap kompak dengan tim, apapun yang terjadi.

Jangan terlalu memforsir diri dan tetap kompak dengan tim, apapun yang terjadi

By : Muti