Semarang, 23 Mei 2020 langit malam berhiaskan bintang. Tak sedikit dihiasi pula kilatan dan suara kembang api perayaan takbir ramadhan tahun ini. Ya, perayaan ramadhan yang beda dari biasanya. Perayaan menjelang ramadhan yang dinanti-nanti ternyata sedikit membuat banyak orang kecewa, saya terutama. Ramadhan 1441 H akan menjadi hal yang tak terlupakan. Bagaimana tidak, dengan adanya wabah yang sedang menyerang dunia saat ini membuat seluruh kegiatan pada umumnya jadi terbatas. Pembatasan diri dan larangan untuk mudik membuat para perantau akhirnya menjalankan lebaran di tanah orang.
Pertama kali lebaran tidak dengan keluarga membuat semua orang kecewa, tapi kesehatan keluarga jauh lebih penting bukan. Keputusan mudik bukan menjadi pilihan bagi masyarakat yang berpikir menurut saya. Pandemi ini virus tak terlihat dan bisa menjangkiti siapa saja tanpa ada pembeda suku, usia, ras, bahkan kebangsaan. Berdiam di tempat domisilah yang menjadi pilihan terbaik. Melindungi orang tua, sekitar dan diri sendiri dengan memperkecil resiko penyebaran.
Ketupat, opor, dan sungkeman di lebaran kali ini tak bisa saya rasakan. Alhamdulillah atas izin-Nya masih bisa menjalankan shalat Ied dengan teman seperantauan. Namun euforia lebaran sama sekali tidak ada. Setelah shalat hanya bisa melakukan video call dengan keluarga dirumah selanjutnya seperti biasa anak kos, makan mie instan dan aktivitas lainnya. Tidak sedikit yang merasakan demikian mengingat pemudik di Indonesia biasanya sangat banyak dan kali ini harus bertahan ditanah rantau. Bersama - sama saling support akan membuat kekuatan untuk tidak merasakan segala kesedihan yang ada.
Pasti ada hikmahnya, kita harus percaya itu. Bahwa ini adalah cara terbaik yang sudah direncanakan-Nya. Membuat kita jadi berpikir dan belajar mengenai keutamaan berkumpul dengan keluarga. Agar kita mengerti bahwa sangat penting dan berkualitas nya waktu yang kita miliki jika dengan keluarga. Lalu bagaimana dengan tradisi maaf-maafan dengan tetangga atau sanak saudara? Kita kembali diingatkan bahwa meminta maaf dan memaafkan bisa dilaksanakan kapan saja dan di waktu apapun, tak harus menunggu lebaran. Jangan jadikan tradisi yang berlangsung selama ini membuat kita jadi salah makna mengenai lebaran. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba Nya yang kembali ke fitrah.
By : Oky Tresia