Aku merupakan satu dari sekian banyak orang yang mengalami dampak dari adanya wabah Covid-19 yang semakin marak di negeri ini. Sejak beredarnya surat dari pemerintah mengenai penanggulangan wabah ini, seketika semua regulasi menjadi berubah. Aktivitas sekolah, pemerintahan, ekonomi, bisnis, pariwisata, hiburan, dan sektor-sektor lainnya menjadi terbatas. Terbatas dalam arti berkurangnya intensitas tatap muka secara langsung baik personal, kelompok, maupun lembaga. Terdapatnya keterbatasan aktivitas ini menjadi cikal bakal setiap perusahaan atau badan usaha menerapkan sistem WFH (Work from Home) atau istilah sederhananya adalah “bekerja di rumah saja”. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus patuh dengan adanya aturan tersebut.

Tampaknya dampak dari fenomena pandemik ini menjadikan aktivitas pekerjaanku lumayan terhambat. Aku yang sering mobile kemana-mana untuk perjalanan dinas ke luar kota, bertemu dengan customer perusahaan, kepala sekolah ataupun, ketua yayasan suatu lembaga pendidikan pun menjadi terhambat. Terlebih sekarang aku harus tetap tinggal di kosan supaya dapat memutus mata rantai penyebaran wabah ini. Sungguh membosankan, bukan? Ya memang, kenyataannya kita memang di-himbau untuk bekerja di rumah dan bersiap siaga untuk selalu menanamkan budaya PHBS di daerah tempat tinggal. Akhirnya, mau tidak mau kita harus sudah terbiasa dengan sistem kerja WFH ini.

Sejak IDN menerapkan sistem WFH ini, perasaan campur aduk mulai kurasakan. Pada awalnya, aku seneng banget karena bisa bekerja di kosan. Aku tidak perlu harus pulang pergi ke luar kota, pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Jadinya gak berat diongkos deh (padahal ada tunjangan transportasi hehe). Kerjaanku cukup dilakukan di kosan aja. Bisa sambil bersantai-santai dan tiduran sambil ngobrol-ngobrol sama teman kosan yang senasib denganku, se-fleksibel itu deh intinya. Namun, kesenangan ini terhitung hanya bertahan sampai satu minggu awal aja. Masuk ke minggu kedua, ketiga sampai keempat, perasaan senang ini perlahan-lahan mulai berkurang. Tiba-tiba muncul perasaan bosan, ingin rasanya hang out ke tempat ramai, berolahraga di GOR, dan bercengkrama dengan orang banyak. Namun, kenyataannya semua tempat tersebut “DITUTUP”. Intinya aku kangen banget dengan aktivitas normal gitu.

Terlepas dari hal-hal kegundahan dan kebosanan hati yang melanda, nyatanya masa-masa WFH ini mendatangkan beberapa hal baik bagiku:

  1. Semakin mengenal perusahaanku: InfraDigital  Nusantara (IDN)

Di masa WFH ini, setiap tim marketing tidak hanya terfokus pada pemasaran/sales aja, tapi penting juga memahami hal-hal terkait teknis, seperti melakukan pelatihan online untuk setiap customer mengenai cara menggunakan dashboard tata kelola keuangan IDN. Sekarang jadinya aku semakin paham bagaimana mekanisme ketika sekolah bergabung sampai bisa diaktivasi dan bisa diimplementasikan layanan produk yang kami sediakan. Layanan ini meliputi pembayaran tagihan pendidikan di berbagai channel payment dan layanan PPDB online sebagai salah satu solusi untuk perapian data siswa sebagai salah satu parameter manajemen sekolah yang baik.

2. Semakin terbiasa dengan online meeting menggunakan platform conference call

Jujur, aku awalnya sangat buta sekali dengan platform ini. Dalam hati aku bilang, “Aduh malas banget kalo harus segala online sampai ketemu dengan customer sekolahku pun harus di dunia maya untuk menjelaskan produk perusahaan. Apakah akan tersampaikan dengan baik informasi yang akan aku sampaikan ini?”. Perasaan ini muncul semata-mata karena aku belum membiasakan hal ini aja. Lama kelamaan, aku jadi terbiasa dan malah berpikir ini bisa jadi  solusi ketika nama InfraDigital semakin besar dan menyebar ke semua daerah di Indonesia. Tentu kami semua tidak akan bisa mendatangi semua sekolah-sekolah tersebut satu per satu. Selain itu, hal ini juga bisa menjadi sebuah solusi untuk mengimplementasikan imbauan social distancing dan physical distancing dari pemerintah, mengingat penyebaran wabah Covid-19 yang semakin luas. Cara ini cukup efektif untuk tetap bekerja tanpa tatap muka secara langsung.

Hal serupa juga dirasakan oleh setiap sekolah yang ingin bergabung dengan perusahaanku. Awalnya mereka meminta kami agar bisa bertatap muka untuk menjelaskan produk InfraDigital secara langsung. Namun, mengingat situasi dan kondisi saat ini yang tidak memungkinkan untuk tatap muka secara langsung, kami menyarankan untuk menggunakan platform conference call sebagai media sosialisasi dan pelatihan mengenai sistem IDN. Beberapa kepala sekolah dan pimpinan yayasan pada awalnya menolak, tapi dengan penjelasan dan persuasi yang baik, mereka pun akhirnya menerima dan bersedia menggunakan platform conference call ini.

Meskipun dengan cara ini, ternyata output yang kami dapatkan tidak jauh berbeda. Banyak lembaga pendidikan yang tetap bersedia bergabung dengan perusahaanku. Menariknya, lembaga pendidikan tersebut tidak hanya berasal dari Pulau Jawa, akan tetapi lembaga pendidikan di luar Pula Jawa pun tertarik dan pada akhirnya turut bergabung dengan perusahaanku. Setelah ditelisik lebih jauh, sekolah semakin sadar bahwa digitalisasi keuangan dan perapian data siswa itu penting karena dapat membuat administrasi sekolah lebih aman, tertib, dan fleksibel.

3. Belajar Telemarketing

Di masa WFH ini, semuanya seakan berubah. Tim marketing yang biasanya bertatap muka secara langsung dengan customer untuk bisa memasarkan produk InfraDigital, kali ini harus mampu juga untuk memasarkan via panggilan telepon saja. Dengan metode ini, kemampuan tim marketing untuk berkomunikasi dengan customer pun menjadi bertambah, selayaknya seorang customer service yang dengan setia menjawab segala pertanyaan dari customer melalui panggilan telepon. Cara berkomunikasi ini penting dimiliki setiap tim marketing untuk memasarkan produk perusahaan. Harapan ke depannya, aku menjadi semakin cakap, terampil, luwes, dan ahli berkomunikasi dalam komersialisasi produk.

Itulah beberapa hal yang aku dapatkan selama aku menjalani masa WFH. Kenyataannya, dampak wabah Covid-19 ini tidak selalu mendatangkan hal buruk. Hal baik juga pasti akan kita dapatkan, tergantung bagaimana cara kita memaknainya. Pasti orang-orang di luaran sana juga turut merasakannya. Bukan tidak mungkin akan banyak hal baik lain yang mungkin akan kita dapatkan selama menjalani WFH ini. Kita harus berusaha untuk tetap totalitas bekerja dalam kondisi apapun. Semoga wabah ini segera mereda dan kita kembali beraktivitas seperti sedia kala.

Dari,

“Aku yang rindu berkerja seperti dulu”

By : Ludi