Awalnya nolak banget karena sebagai pekerja yang nyambi jadi Ibu Rumah Tangga dan Guru dadakan semasa anak sekolah dari rumah itu wah banget bagi waktunya. yah, bisa dibilang mending ngerjain yang lain hehe..., tapi baiklah kita coba mulai dari keseharian saya.
Keseharian saya dimulai dari bangunin Si Kecil, memastikan dia mandi, sarapan, dan online class. Bisa bayangin dong, “mama ini kenapa Miss Tari gak kedengeran suaranya?” atau “mama ini gimana caranya ini dan dan gimana caranya itu”, dan pastinya dapat dipahami, deritanya berseteru dengan si kecil demi menyemangati dia menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan sekolah dengan baik di saat dia sudah mulai bosan dengan aktifitas yang itu-itu lagi.
Plus selama pandemi ini saya juga harus masak untuk menjaga kebersihan dan menjamin makanan bergizi seimbang. Walaupun mungkin masakan andalan saya tak lain tumis, rebus, kukus dan goreng, sehingga tak banyak waktu tersita untuk masak. Hmm.. lumayan banget menyita waktu 2 jam untuk proses menyiangi sampai lauk dan sayur matang satu persatu.
Tapi ternyata yang saya lakukan bukan lah apa-apa, karena ketika memasuki bulan ramadhan artinya mendapat tantangan baru. kebiasaan yang dilakukan selama pandemi sebelum ramadhan, tidak lagi bisa diterapkan saat ini. Berubah lagiiiii.. dan jangan harap bisa disamakan, jam nya semakin berantakan.
Bangun tidur tentunya lebih pagi karena harus menyiapkan menu sahur, walau saya mencari alternatif. Makanan sahur yaitu makanan yang dihangatkan kembali, yang artinya makanan itu baru mulai dimasak sore menjelang berbuka puasa. Kebayang dong, menjelang berbuka?
Eitss... ini akan jadi informasi umum, ternyata Support Jaringan IDN suka menghilang di jam 16.30 s.d. waktu berbuka puasa disebabkan sedang sibuk pegang panci dan penggorengan dudududuu. Bolehkah saya tulis “Harap Maklum”? hehehe.
Yahh.. mau gimana lagi, si kecil tak mungkin diberi makanan virtual. Pernah sesekali kami pesan Pizza dan Ayam Keras (read:fried chicken) tapi rasanya deg-degan. Timbul banyak pertanyaan, apa mas chef-nya sehat? kalo sehat, lalu yang mengemas makanannya gimana? sehat kah? hmm.. belum lagi abang ojek yang mengantar pesanan dan bertemu sejuta umat, sehat kah? tapi dikarenakan lapar, ya apa boleh buat kami lahap sudah dan hanya tinggal berpasrah semoga Tuhan kasih kesehatan untuk keluarga kami. Yah.. Alhamdulillah kami Sehat.
Dengan segala kerempongan yang terjadi, saya tetap mensyukuri segala hal ini, karena dengan adanya pandemi ini kami dapat berkumpul di rumah. Imam rumah tangga yang sering tugas di luar kota sekarang menjadi imam shalat 5 waktu kami, dan pemikiran yang selama ini mengganggu saya tentang berpuasa hanya ditemani si kecil pun tak terjadi. “Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?” (QS: Ar-Rahman,13)
Singkat cerita akhirnya saya memutuskan untuk mencoba menulis dengan isian yang receh tentang WFH saya selama pandemi, karena dibalik ini semua banyak sekali yang harus disyukuri dan harus tetap optimis, pandemi ini pasti berlalu.
“Janji Allah itu pasti, tidak mungkin Allah menyelisihinya” (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, 14/42)
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5)
Dan tak lupa untuk disyukuri pula selama pandemi ini, saya masih tetap dapat bermanfaat bagi orang lain. Sebagai Support Jaringan IDN, saya dapat membantu pelanggan mengatasi kendala yang dihadapi seputar pemanfaatan layanan Jaringan IDN. Terima Kasih Pelanggan, Terima Kasih Jaringan IDN.
By : Sylvi